micro site logo
logo datatrust
Share

Ternyata Ini Alasan Bank Jago (ARTO) Kembangkan Jago Syariah

Forum Jurnalis Jagoan (FJJ) dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Perbankan dan Investasi Syariah di Era Digital” di Kantor Pusat Bank Jago, Menara BTPN, Jakarta, Kamis (16/1/2025). Foto: Investortrust/Taufiq Al Hakim
Forum Jurnalis Jagoan (FJJ) dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Perbankan dan Investasi Syariah di Era Digital” di Kantor Pusat Bank Jago, Menara BTPN, Jakarta, Kamis (16/1/2025). Foto: Investortrust/Taufiq Al Hakim

JAKARTA, investortrust.id - Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yang menciptakan pasar potensial sangat besar bagi perbankan syariah. Sayangnya, produk dan layanan perbankan syariah masih belum menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia karena menganggap belum setara kemudahan dan kenyamanannya dengan produk dan layanan perbankan konvensional.

 
Sebagai bank berbasis teknologi (tech-based bank) yang tertanam di dalam ekosistem digital Indonesia, PT Bank Jago Tbk (ARTO) mengembangkan unit usaha syariah (Jago Syariah) untuk menjawab tantangan tersebut.
 
"Sebetulnya premis awalnya gitu ya alasan kenapa Jago Syariah hadir tuh aline banget sama yang tadi disampaikan sama Mas Emir. Ada dua hal utama yang tadi saya coba rangkum yang kita lihat kita bisa tap in to gitu ya atau masuk untuk membesarkan lagi sebenarnya ekonomi syariah terutama dari sisi perbankan di Indonesia. Yang pertama tadi sebetulnya produk dan yang kedua akses gitu kan," ujar Head of Sharia Digital Funding Bank Jago Nur Fajriah Rachmah dalam acara Forum Jurnalis Jagoan (FJJ) dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Perbankan dan Investasi Syariah di Era Digital” di Kantor Pusat Bank Jago, Menara BTPN, Jakarta, Kamis (16/1/2025).
 
Nur menjelaskan, untuk produk, perusahaan melihat bahwa pilihan-pilihan produk syariah di Indonesia belum terlalu banyak. Bahkan untuk perbankan, perusahaan juga melihat sebetulnya secara kualitas masih ada yang bisa ditingkatkan dari produk-produk perbankan syariah jika dibandingkan dengan produk-produk perbankan konvensional.
 
"Kita hadir untuk menyediakan produk perbankan syariah yang kualitasnya setara dengan perbankan konvensional. Jadi secara kecanggihan, secara fitur-fitur, secara solusi yang ditawarkan gitu, itu setara dengan perbankan konvensional. Itu hal yang pertama," ucapnya.
 
Kemudian yang kedua adalah dari segi akses. Menurut Nur, Bank Jago berupaya meningkatkan akses keuangan, terutama di daerah-daerah dengan menghadirkan solusi aplikasi digital tanpa membuka kantor cabang.
 
"Nah ini kita hadir dengan solusi bentuknya digital. Jadi kalau digital kita punya aplikasinya satu, ibarat kata kantor cabangnya satu nih. Satu aplikasi ada di handphone gitu, terus itu bisa diakses dari Sabang sampai Merauke. Nah itu juga penetrasi ke daerah-daerah itu juga terus kita lakukan dari tahun ke tahun," jelas Nur.
 
Lebih lanjut, Nur menyebut, upaya meningkatkan penetrasi ke daerah antara lain dilakukan dengan berkolaborasi dengan Gopay, dengan membuka GoPay Tabungan Syariah by Jago. Di mana, perusahaan memanfaatkan pengguna di Gopay yang cukup besar dan digunakan lintas generasi, termasuk kalangan unbanked dan underbanked.
 
"Tapi kan penetrasi telepon seluler, handphone tuh udah tinggi banget, dan internet juga udah tinggi. Jadi kita coba masuk ke sana, dan itu juga sih sebetulnya salah satu usaha kita untuk naikin terus penetrasi perbankan syariah di Indonesia," kata Nur.
 
 
Di sisi lain, hadirnya Jago Syariah juga merupakan bentuk kepedulian Bank Jago dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah Indonesia. Komitmen tersebut diwujudkan dengan merancang Aplikasi Jago Syariah yang fitur-fitur layanannya dirancang setara dan secanggih Jago App konvensional, namun tetap memperhatikan prinsip-prinsip syariah.
 
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan syariah berada di angka 39,11%, sementara tingkat inklusi keuangan syariah tercatat sebesar 12,88%. Di sisi lain, literasi dan inklusi keuangan konvensional mencapai 65,43% dan 75,02%, menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara kedua sektor tersebut.
 
Tingkat literasi keuangan syariah yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inklusinya mengindikasikan bahwa lebih banyak masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan dalam memahami konsep dan produk keuangan syariah, dibandingkan dengan yang benar-benar mengakses atau menggunakan layanan keuangan syariah.
 
logo footerlogo footer
The Convergence Indonesia, 5th floor, Rasuna Epicentrum Complex, HR Rasuna Said Street, Karet, Kuningan, Setiabudi, Central Jakarta, Jakarta 12940

FOLLOW US

logo white investortrust
Has been verified by the Indonesian Press Council
Certification No1188/DP-Verifikasi/K/III/2024