JAKARTA, investortrust.id – Terdorong rencana perubahan skema subsidi kredit kepemilikan rumah (KPR), penjualan aset bermasalah (bulk sales), dan spin off unit usaha syariah akan menjadi tiga sentimen utama kinerja keuangan dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) ke depan.
Analis Sinarmas Sekuritas Ivan Purnama Putera mengatakan, pertumbuhan kredit BTN diharapkan mencapai 14% tahun depan dan margin bunga bersih (NIM) ikut meningkat. “Kami memperkirakan pada 2025 menjadi tahun yang baik bagi BTN terdorong ekspektasi kebijakan subsisi perumahan lebih menguntungkan bagi perseroan,” ujarnya dalam riset saham BBTN yang diterbitkan di Jakarta, beberapa hari lalu.
Baca Juga
Pemerintah telah mematok sebanyak 800 ribu unit rumah akan mendapatkan subsidi pembelian rumah melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dengan struktur pendanaan pemerintah dan bank dibagi rata 50:50.

Selain factor itu, Ivan mengatakan, penjualan aset-aset kredit bermasalah bakal berimbas terhadap kinerja keuangan dan rasio kredit bermasalah (NPL) BBTN tahun ini. Penjualan aset bermasalah ini juga bakal berimbas positif terhadap target kinerja keuangan tahun ini, sehingga target yang telah ditetapkan bisa tercapai sesuai harapan.
“Kami memperkirakan perseroan akan mendapatkan dana senilai Rp 1,1-1,5 triliun dari penjualan aset bermasalah dengan target tuntas Desember 2024. Penjualan tersebut diharapkan membuat NPL perseroan turun sebanyak 25-28 bps dari periode September 2024 sebanyak 3,2%,” terangnya.
Baca Juga
BTN Bukukan Kredit Rp 356 Triliun, Tumbuh 11,9% hingga September 2024
Hal ini mendorong Sinarmas Sekuritas untuk merekomendasdikan Add saham BBTN dengan target harga Rp 1.410 per saham. Target harga tersebut juga mempertimbangkan proyeksi laba bersih tahun ini senilai Rp 3,18 triliun dan diharapkan meningkat menjadi Rp 3,68 triliun pada 2025.
Spin Off
Sentimen lain terhadap saham BBTN datang dari rencana spin off unit usaha syariah (UUS) setelah BTN Syariah menunjukkan peningkatan aset kuat dan kinerja keuangan cemerlang hingga kuartal III-2024.
Sebelumnya, BTN Syariah mencatatkan kenaikan laba sebesar 33,6% secara tahunan atau year on year (yoy) pada Kuartal III-2024. Laba bersihnya meningkat menjadi Rp 535 miliar pada sembilan bulan tahun 2024, dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 401 miliar.
Baca Juga
Bersama Tiga Menteri Prabowo, Bos BTN Paparkan Solusi Pencapaian Program Tiga Juta Rumah
Penyaluran pembiayaan BTN Syariah sebesar Rp 42,7 triliun, naik 19,3% yoy dibandingkan Rp 35,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.BTN Syariah juga berhasil mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 31,5% yoy. DPK bank pelat merah ini tercatat menjadi Rp47,6 triliun per September 2024.

Dari segi permodalan, aset BTN Syariah tercatat sebesar Rp 57,7 triliun per Kuartal III-2024 atau tumbuh 19,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 48,4 triliun.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah Sutan Emir Hidayat sebelumnya mengatakan, spin off BTN Syariah sudah sesuai regulasi, karena total asetnya sudah lebih dari Rp 50 triliun. Bahkan, nilainya sudah mencapai Rp 58 triliun hingga kuartal III-2024.
Baca Juga
Bos BTN Harap PPN DTP Diberlakukan Selama Satu Periode Prabowo-Gibran
Faktor kedua, terang Sutan, spin off akan menambah kekuatan BTN dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Apalagi, minat masyarakat terhadap KPR Syariah semakin tinggi.
Faktor lainnya, menurut dia, spin off akan mempercepat pertumbuhan BBTN sebagai induk ke depan. Dengan spin off, BTN bisa menciptakan unlock value BTN Syariah, sehingga akhirnya memperbesar aset dan kinerja keuangan BBTN selaku induk ke depan.
Grafik Saham BBTN