JAKARTA, investortrust.id - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan sejumlah proyeksi dalam peta jalan atau roadmap investasi dari sektor hilirisasi hingga 2040. Di antaranya adalah Indonesia menduduki posisi lima besar negara produsen baterai untuk kendaraan listrik dunia.
Selain itu, menurut Direktur Hilirisasi Perkebunan Perikanan Kelautan dan Pertanian Kementerian Investasi/BKPM, Mohamad Faizal proyeksi selanjutnya adalah Indonesia menjadi salah produsen stainless steel terbesar dunia.
"Waktu sampai 2040, kita harapkan kita menjadi lima besar produsen baterai kendaraan listrik dunia, serta nomor dua besar produsen stainless steel dunia," ucap Faisal dalam acara bertajuk Mendiversifikasi PMA di Investasi Berkelanjutan di Investortrust.id Future Forum, Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
Dikatakan, target tadi didasarkan pada potensi sumberdaya yang dimiliki Indonesia "Ini kita lihat bahwa dari supply chainnya nikel. Kalau kita lihat tadi nikel kita bahan bakunya nomor satu di dunia. Tapi dari sisi supply chain, kita tidak melihat nama Indonesia sebagai eksportir produk-produk nikel," tambahnya.

Untuk produk turunan dari nikel sendiri, seperti prekursor baterai atau baterai pack yang digunakan kendaraan listrik, Faisal mengungkapkan bahwa Indonesia belum menjadi pemasok industri otomotif di dunia.
"Kita memang sudah larang ekspornya, tidak ada lagi. Tapi di nikel sulfat, prekursor baterai, baterai pack, kita belum menemukan nama Indonesia sebagai pengekspor. Kita harapkan nanti bahwa Indonesia juga tercantum sebagai supply chain dari produk-produk hilirisasi yang dilakukan di dalam negeri," ungkap Faisal.
Tak hanya itu, Faisal juga berharap seluruh ekosistem pendukung hilirisasi dapat tumbuh dan berkemban di dalam negeri, seperti di antaranya mulai dari tambang, smelter, dan produk-produk antara sampai dengan produk akhir, bahkan juga industri pendukungnya dapat tumbuh pula di dalam negeri.
"Kalau kita mau melakukan hilirisasi tidak lepas dari hulu. Tanpa hulu yang kuat kita tidak akan bisa melakukan hilirisasi yang kuat. Sehingga sektor hulu ini terkait dengan bahan baku harus kita bisa amankan terlebih dahulu," terangnya.